Kilas Balik Kebudayaan di Lingkungan Sekitar
Indonesia
kaya akan ragam seni budaya sudah
semestinya Indonesia berbangga, maka sudah selayaknya bagi bangsa dan
masyarakat negeri ini untuk melestarikan dan menjaga ragam seni budaya yang ada di
Indonesia ini. Jadi tidak mustahil jika banyak hasil cipta rasa dan karya
dalam berbagai adat dan ragam seni budaya yang
dimiliki oleh bangsa Indonesia ini selalu dilirik oleh bangsa lain. Kebudayaan nasional adalah kebudayaan yang diakui sebagai identitas
nasional.
Dalam
pembahasan ragam seni budaya mempunyai
pengertian untuk Seni budaya berasal dari dua suku
kata Seni - Budaya. Untuk kata Budaya berasal dari bahasa
Sanskerta yaitu buddhayah, yang
merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal yang diartikan sebagai
hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Tapi semua terangkum
menjadi satu yaitu sebuah ragam seni budaya yang
ber- BHINNEKA TUNGGAL IKA dengan menunjukkan adat ketimuran dan
berasaskan Pancasila. Secara definisi budaya dapat diartikan sebegai tata
cara hidup manusia yang dilakukan secara kelompok atau masyarakat, dan di
wariskan turun-temurun dari generasi ke generasi.
Sedangkan
Seni adalah ide atau gagasan proses dari sebuah pemikiran manusia, dan oleh
karena itu merupakan sinonim dari ilmu. Saat ini, seni bisa dilihat dalam
intisari ekspresi dan sebuah cipta rasa manusia dalam kreatifitas. Seni
sangat sulit untuk dijelaskan dan juga sulit dinilai, disebabkan masing-masing
individu manusia mempunyai cita rasa yang berbeda antara satu dengan yang
lainnya.
Beberapa
para ahli definisi mengartikan bahwa seni merupakan sebuah aktifitas dalam
perbuatan yang timbul dan bersifat indah, menyenangkan dan dapat memberi
kepuasan tersendiri dalam jiwa suatu manusia. Sebuah seni juga bisa kita
gambarkan dari sebuah penjiwaan yang dalam, dan berbeda antara orang satu
dengan yang lainnya.
Keanekaragaman budaya
Indonesia dari Sabang sampai Merauke merupakan aset yang tidak ternilai
harganya, sehingga harus tetap dipertahankan dan terus dilestarikan. Dalam
konteks pemahaman masyarakat majemuk, selain kebudayaan
kelompok suku bangsa, masyarakat Indonesia juga terdiri dari
berbagai kebudayaan daerah bersifat kewilayahan yang merupakan pertemuan dari
berbagai kebudayaan kelompok suku bangsa yang ada didaerah tersebut. Dengan
jumlah penduduk 200 juta orang dimana mereka tinggal tersebar dipulau- pulau di
Indonesia. Mereka juga mendiami dalam wilayah dengan kondisi geografis yang
bervariasi. Mulai dari pegunungan, tepian hutan, pesisir, dataran rendah,
pedesaan, hingga perkotaan. Hal ini juga berkaitan dengan tingkat peradaban
kelompok-kelompok suku bangsa dan masyarakat di Indonesia yang berbeda.
Pada
hari Selasa, 28 Maret 2017 di RT004 RW11, Kelurahan Cipayung, Kecamatan
Ciputat, Kota Tangerang Selatan saya melakukan wawancara kepada seseorang warga
yang sudah paham tentang apa aja sih budaya yang ada disekitar RT004 RW11 ini.
Saya perkenalkan beliau adalah Bapak Anas Abidin. Beliau berpendapat bahwa melihat
dari sudut pandang keseharian yang dilakukan oleh beliau selama tinggal di
RT004 RW11 ini bahwa, disekitar lingkungan RT004 RW11 ini tidak ada satu adat
ataupun budaya yang menonjol didaerah ini. Awal-awal didaerah ini pasti
mayoritas adat dan budaya Betawi lebih menonjol dibandingkan dengan adat atau
budaya lain. Tetapi seiring berjalannya waktu dan pergantian tahun yang begitu
cepat, didaerah ini adat ataupun budaya Betawi mulai hilang disebabkan karena
masyarakat-masyarakat perantauan atau yang mencari nafkah di Ibukota DKI
Jakarta dan sekitarnya mulai berdatangan dan tinggal di daerah ini. Tetapi
bukan berarti berarti adat ataupun budaya Betawi sudah hilang didaerah ini,
masih ada yang menerapkan adat ataupun budaya Betawi di daerah ini.
Menurut
beliau juga bahwa, karena adat ataupun budaya yang seimbang tidak ada yang
menonjol di daerah ini, jikalau didaerah ini ada pernikahan ataupun acara-acara
keislaman akan memakai budaya dari masing-masing masyarakat tersebut. Misalnya,
didaerah ini ada pernikahan antara orang Jawa dengan orang Padang, maka adat
ataupun budaya yang digunakan untuk melakukan pernikahan adalah adat ataupun
budaya Jawa dan juga adat ataupun budaya Minang. Dan ini dilakukan turun
temurun dari nenek moyang yang telah melahirkan adat ataupun budaya ini. Tetapi
tidak dengan berbicara sehari-sehari dengan tetangga, didaerah ini menggunakan
bahasa Indonesia sebagai bahasa yang netral karena disini beragam adat ataupun
budaya yang dianutnya. Mungkin jika masyarakat tersebut berbicara dengan
tetangga yang seadat ataupun sebudaya barulah menggunakan bahasa sesuai adat
ataupun budaya masing-masing.
Pengimplementasian
adat ataupun budaya disini masih dilakukan secara turun temurun kepada keluarga
masing-masing sesuai dengan adat ataupun budaya yang dimiliki. Dan ini tidak
menjadi masalah jikalau didepan rumah, dibelakang rumah, disebelah rumah,
berbeda-beda budaya. Dan perbedaan itu tidak menjadikan satu sama lain menjadi
saling bertengkar dan berebut untuk menguasai salah satu adat ataupun budaya
disini harus menonjol. Didaerah ini walaupun ada perbedaan tetap saling
membantu jika ada kesusahan, merangkul untuk mengajak kebaikan, dan yang
lainnya. Jadi, didaerah sini sangatlah indah dan nyaman walaupun beragam adat
atupun budaya yang dimiliki tetap bersatu dan saling membantu satu sama lain.
Karena Indonesia memang memiliki banyak sekali adat ataupun budaya yang
tersebar luas dari Sabang sampai Merauke.
Mungkin hanya itu saja sekilas wawancara antara saya
dengan Bapak Anas Abidin. Sekian Terimakasih
DAFTAR
PUSTAKA
Komentar
Posting Komentar